ziddu

Sabtu, 05 Maret 2011

Renungan Kecil

Buat para suami & calon suami baca ya … istri & calon istri juga boleh.. Dilihat
dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja
bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya
diisi dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua..
mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Mereka dikarunia 4 orang anak
disinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak ke
empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan itu terjadi
selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi
lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah tidak bisa
digerakkan lagi. Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan
kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya keatas tempat tidur.
Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya
istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya tidak dapat bicara
tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha
Pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia
pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. sorenya dia pulang
memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia
temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa2 saja yg dia
alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak
bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu
menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan
Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya
bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka, sekarang anak2
mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah. Pada suatu
hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil
menjenguk Ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah tinggal
dengan keluarga masing2 dan Pak Suyatno memutuskan Ibu mereka dia yg
merawat, yang dia inginkan hanya satu … semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata "Pak kami ingin
sekali merawat Ibu semenjak kami kecil melihat Bapak merawat Ibu
tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir Bapak. … bahkan Bapak
tidak ijinkan kami menjaga Ibu". dengan air mata berlinang anak itu
melanjutkan kata2nya "sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan Bapak
menikah lagi, kami rasa Ibupun akan mengijinkannya, kapan Bapak
menikmati masa tua Bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah
tidak tega melihat Bapak, kami janji kami akan merawat Ibu
sebaik-baik secara bergantian ..." Pak Suyatno menjawab hal yg
sama sekali tidak diduga anak2 mereka."Anak2ku … Jikalau perkawinan
& hidup didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin Bapak akan menikah …
tapi ketahuilah dengan adanya Ibu kalian disampingku itu sudah lebih
dari cukup, dia telah melahirkan kalian ... sejenak kerongkongannya
tersekat … kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini dengan
penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan apapun. Coba
kalian tanya Ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini?
Kalian menginginkan Bapak bahagia, apakah batin Bapak bisa bahagia
meninggalkan Ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan
Bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain,
bagaimana dengan Ibumu yg masih sakit." Sejenak meledaklah tangis
anak2 Pak Suyatno merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk
mata Ibu Suyatno … dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat
dicintainya itu.. Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah
satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun
mengajukan pertanyaan kepada Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25
tahun merawat sendiri Istrinya yg sudah tidak bisa apa2.. disaat
itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio
kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru disitulah
Pak Suyatno bercerita. "Jika manusia didunia ini mengagungkan
sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi
waktu, tenaga, pikiran, perhatian) adalah kesia-siaan. Saya memilih
istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat
diapun dengan sabar merawat saya mencintai saya dengan hati dan
batinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yg
lucu2 ... Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita
bersama … dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat
memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu
saya mencari penggantinya apalagi dia sakit,,,"

Kamis, 03 Maret 2011

INDAHNYA BERLADANG EMAS

Permodalan merupakan salah satu dinamika yang kerap dialami oleh pengusaha maupun calon pengusaha. Meminjam merupakan pilihan yang paling sering muncul dan diminati. Padahal dengan meminjam mereka sudah dibebani setoran yang besar dari bulan pertama, dan hal ini terkadang memang memberatkan pengusaha. Dalam artikel ini saya memberikan alternatif lain dalam mendapat modal yaitu dengan gadai emas, yang sudah dapat dilayani oleh banyak Bank Syariah saat ini. Lebih dari itu, ternyata modal dari gadai emas itu lebih indah daripada pinjaman konvensional.
Saya bilang ‘indah’ karena dilihat dari sisi cashflow usaha, dengan gadai emasAnda tidak perlu menyetor pinjaman pokok tiap bulan. Sedangkan jika Anda mendapatkan pendanaan dari pinjaman biasa maka Anda diwajibkan untuk membayar bunga ditambah setoran pokok tiap bulannya sehingga memberatkan pengusaha yang baru membuka usaha ataupun yang perputaran kas usahanya sedang buruk.
Untuk memahaminya berikut ilustrasi riil-nya (berdasarkan data salah satu bank syariah),
* Modal Usaha dari Gadai Emas
Untuk mendapatkan modal Rp 10.710.000, Pengusaha A menggadaikan 34gr emas murninya yang diberi harga taksir Rp 350.000/gr. Dengan demikian Pengusaha A mendapatkan dana tunai sebanyak 90% dari total nilai taksir emasnya yaitu Rp 10.710.000 (34gr X 350.000 X 90%). Dengan periode pinjaman 12 bulan, Ia diwajibkan untuk membayar biaya sewa tiap bulan dengan rate Rp 3.750/gr, sehingga ia wajib membayar tiap bulan sebanyak Rp 127.500 (34gr X 3.750). Dan pada akhir jatuh tempo Ia wajib membayar kembali pinjaman pokok sebanyak Rp 10.710.000 dan mendapakan emasnya kembali. Untuk ringkasnya sebagai berikut:
  • Jumlah Gram Emas :  34gr

  • Harga/gram : Rp 350.000

  • Pencairan (90%) : Rp 10.710.000 (34gr X 350.000 X 90%)

  • Lama pinjaman : 12 bulan

  • Biaya sewa tempat per gram/bulan : Rp 3.750

  • Setoran biaya sewa/bulan : Rp 127.500 (34gr X 3.750)

  • Setoran pokok di akhir : Rp 10.710.000
* Modal Usaha dari Pinjaman
Sedangkan Pengusaha B mendapatkan modal Rp 10.710.000 dari pinjaman bank dengan periode 12 bulan dengan bunga 13% setahun (dengan jaminan mobilnya). Sehingga Pengusaha B wajib membayar setoran pinjaman pokok sebanyak Rp 892.500/bulan (10.710.000 : 12bln) ditambah setoran bunga sebanyak Rp 116.025/bulan (10.710.000 X 13% : 12bln). Dengan demikian Pengusaha B wajib membayar setoran tiap bulan sebanyak Rp 1.008.525 (892.500 + 116.025). Untuk ringkasnya sebagai berikut:
  • Pencairan bank : Rp 10.710.000

  • Bunga /tahun : 13,00%

  • Lama pinjaman : 12 bulan

  • Bunga / bulan : Rp 116.025 (10.710.000 X 13% : 12bln)

  • Pokok / bulan :  Rp 892.500 (10.710.000 : 12bln)

  • Setoran / bulan : Rp 1.008.525 (892.500 + 116.025)
Dari perbandingan dua contoh kasus tersebut dapat kita lihat Pengusaha A dan B sama-sama mendapatkan modal Rp 10.710.000. Dalam hal ini, Pengusaha B wajib mengeluarkan uang setoran sebanyak Rp 1.008.525/bulan, sedangkan Pengusaha A hanya perlu mengeluarkan uang setoran biaya sewa sebanyak Rp 127.500/bulan dan melunasi hutangnya Rp 10.710.000 pada akhir periode pinjaman.
Oleh karena itu, dengan setoran bulanan yang rendah, bisa disimpulkan bahwa mendapatkan modal dari gadai emas lebih meringankan beban Pengusaha Pemula dimana mereka kemungkinan besar mengalami kesulitan cashflow (kas) pada masa awal usahanya karena penjualannya yang belum optimal. Selain itu gadai emas juga terasa sangat menguntungkan bagi pengusaha yang sedang kesulitan dalam usahanya, dengan kata lain pendapatannya tidak sebanding dengan pengeluarannya (biasa disebut ‘berdarah’).
Lalu bagaimana jika Pengusaha A tidak dapat melunasi hutangnya pada akhir periode karena bisnisnya belum pulih?. Jawabannya mudah saja, ia bisa memperpanjang masa gadai dan melunasinya nanti jika usahanya pulih. Atau, ia juga bisa merelakan emasnya dijual Bank Syariah dan berhubung harga emas cenderung naik tiap periode, maka jika hasil penjualannya melebihi hutangnya yang sebanyak Rp 10.710.000, maka Pengusaha A berhak mendapatkan uang kelebihan dari penjualan tersebut. Menarik bukan!